Widget HTML #1

KONSEP DAN FUNGSI-FUNGSI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KONSEP-DAN-FUNGSI-FUNGSI-ADMINISTRASI-PENDIDIKAN

Dari penjelasan pada artikel sebelumnya TENTANG ADMINISTRASI PENDIDIKAN terhadap persamaan serta perbandingan antara administrasi serta manajemen tadinya, dapatlah dikatakan kalau pada dasarnya administrasi sama dengan manajemen, kalaupun ditatap berbeda hingga perbedaannya bisa dikatakan cumalah sedikit ataupun cuma berupa nuansa dalam ruang lingkup serta watak dari kedua sebutan tersebut. 

Demikian pula dalam ulasan pada artikel kali ini, Kita tidak menegaskan perbedaan yang terdapat dari sebutan administrasi serta manajemen dalam upaya memahami konsep dan fungsi-fungsi administrasi pembelajaran di sini. 

Konsep Administrasi Pendidikan

Penafsiran tentang pembelajaran/ pendidikan dalam makna luasnya merupakan segenap aktivitas pendidikan yang berlangsung selama waktu dalam konteks bermacam aspek kehidupan masyarakatnya, baik yang bertabiat lokal maupun global. 

Pembelajaran berlangsung dalam seluruh tipe, wujud, serta jenjangnya yang mendesak pertumbuhan kemampuan tiap orang dalam sebuah warga untuk mewujudkan warga yang maju serta beradab. 

Dengan aktivitas pendidikan semacam itu, orang sanggup mengganti dan meningkatkan diri jadi manusia yang pintar, kreatif, serta matang baik secara raga, mental, serta spiritual. 

Ringkasnya, pembelajaran merupakan sistem proses pergantian mengarah pencerdasan, pendewasaan, serta pematangan diri. 

Mendapatkan pembelajaran/ pendidikan yang layak merupakan kewajiban sekaligus hak asasi tiap orang buat jadi matang, terampil, serta pintar sebagai bekal buat menempuh kehidupannya.

Ada pula pembelajaran/ pendidikan dalam makna kecil pada biasanya dikenal sebagai segenap aktivitas belajar yang direncanakan, dengan modul yang telah dipersiapkan, penerapannya terjadwal sedemikian rupa, serta untuk mengukur keberhasilannya dicoba penilaian cocok tujuan pembelajaran yang sudah diresmikan. 

Aktivitas belajar mengajar tersebut dilaksanakan di lembaga pembelajaran baik di sekolah/ madrasah sampai perguruan besar. Tujuan utamanya merupakan pengembangan kemampuan intelektual dalam wujud kemampuan bidang ilmu tertentu serta teknologi. 

Dari penjelasan tentang administrasi serta pembelajaran di atas administrasi pembelajaran bisa dimaksud selaku totalitas proses bekerja sama dengan menggunakan seluruh sumber energi yang ada serta dibutuhkan buat menggapai tujuan pembelajaran yang sudah diresmikan secara efektif serta efektif. 

Bagi Djam’an Satori (1980), administrasi pendidikan ialah totalitas proses kerjasama dengan menggunakan seluruh sumber personil serta materil yang ada serta cocok buat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah diresmikan secara efisien serta efektif. Castetter (1996:198) mengatakan kalau, educational administration is a social process that take place within the context of social system

Administrasi pembelajaran pada dasarnya ialah administrasi dalam mengelola, mengendalikan serta mengalokasikan sumber energi yang ada dalam dunia pembelajaran. 

Guna administrasi pembelajaran merupakan perlengkapan buat menyatukan serta menyelaraskan peranan segala sumber daya yang dipunyai guna tercapainya tujuan pembelajaran dalam sesuatu konteks sosial tertentu, ini berarti kalau bidang-bidang yang dikelola mempunyai kekhususan yang berbeda dari manajemen dalam bidang lain. 

Suryabrata yang dilansir oleh Jalaluddin serta Idi (2003:119) mengatakan kalau: Pembelajaran/ pendidikan merupakan sesuatu aktivitas yang sadar hendak tujuan, bahkan tujuan ialah salah satu perihal yang teramat berarti dalam kegiatan pembelajaran/ pendidikan, guna membagikan arah serta syarat yang tentu dalam memilah modul (isi), tata cara, perlengkapan, penilaian terhadap aktivitas yang dicoba. 

Dengan arah yang tentu, harapan buat mendapatkan hasil yang optimal dari usaha penyelenggaraan pembelajaran hendak dapat dicapai. 

Bermacam aspek dari usaha penyelenggaraan pembelajaran/ pendidikan di atas haruslah tercakup dalam suatu rancangan pembelajaran yang mempunyai peran strategik dalam penerapan proses manajerial pendidikan sehingga hendak bisa tingkatkan kualitas pembelajaran. 

Oleh sebab itu dalam penataan strategi kenaikan kinerja serta kualitas bidang pendidikan diperlukan landasan pembelajaran yang hendak mendeskripsikan orientasi subtantif bermacam aspek yang hendak dibesarkan dalam proses manajerial pengembangan bermacam aspek pembelajaran. 

Oteng Sutisna (1989) melaporkan kalau administrasi pendidikan meliputi sebagai berikut:

  1. Latar balik administrasi pembelajaran (geografi, kependudukan, ekonomi, pandangan hidup, kebudayaan, serta pembangunan);

  2. Bidang garapannya; 

  3. Unsur- unsur pokok administrasi pembelajaran, semacam tugas- tugas, proses, asas- asas, serta sikap administrasi membagikan gambaran kalau administrasi pembelajaran memiliki bidang dengan cakupan yang luas serta silih berkaitan, sehingga pemahaman tentangnya membutuhkan pengetahuan yang luas dan antisipatif terhadap bermacam pergantian yang terjalin di warga di samping pendalaman dari segi pertumbuhan teori administrasi. 

Ruang lingkup administrasi pembelajaran meliputi bidang sumber energi manusia, kurikulum, proses belajar mengajar, fasilitas/ prasarana, serta dana yang dibutuhkan dalam upaya buat menggapai tujuan pembelajaran, baik untuk perorangan ataupun kelembagaan. 

Dalam aktivitas administrasi pembelajaran sangat dibutuhkan pengintegrasian dari bermacam sumber daya serta modal yang diperlukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran, seperti sumber energi manusia yang sangat memastikan untuk kualitas proses pembelajarannya serta sumber energi keuangan ialah dana yang diperlukan buat melakukan serta membetulkan proses pembelajaran, di samping modal sosial yang ialah jalinan keyakinan serta kerutinan yang menggambarkan sekolah selaku komunitas, serta modal politik yang meliputi bawah otoritas sah yang dipunyai buat melaksanakan proses pendidikan/ pembelajaran. 

Dengan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, nampak kalau salah satu guna berarti dari manajemen pembelajaran adalah berkaitan dengan proses pendidikan, perihal ini mencakup dari mulai aspek persiapan hingga dengan penilaian buat memandang mutu dari sesuatu proses tersebut, dalam ikatan ini sekolah/ satuan pendidikan selaku sesuatu lembaga pendidikan yang melaksanakan aktivitas/ proses pendidikan jelas butuh mengelola kegiatan tersebut dengan baik sebab proses belajar mengajar ini ialah kegiatan utama dari sesuatu sekolah (Hoy serta Miskel 2001). 

Dengan demikian terlihat kalau guru selaku tenaga pendidik ialah aspek penting dalam manajemen pembelajaran, karena inti dari proses pembelajaran di sekolah pada dasarnya merupakan guru, sebab keterlibatannya yang langsung pada aktivitas pendidikan di kelas. 

Oleh sebab itu Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidik dalam sesuatu lembaga pembelajaran hendak menentukan gimana kontribusinya untuk pencapaian tujuan, serta kinerja guru ialah suatu yang wajib menemukan atensi dari pihak manajemen pembelajaran di sekolah supaya bisa terus tumbuh serta bertambah kompetensinya serta dengan kenaikan tersebut kinerja mereka pun akan bertambah, sehingga hendak membagikan mempengaruhi pada peningkatan mutu pembelajaran sejalan dengan tuntutan pertumbuhan global dewasa ini.

Manajemen ialah bagian yang sangat besar serta inti dari kajian tentang proses administrasi. 

Arti manajemen dengan fungsi-fungsinya selaku suatu proses pengaturan serta pemberdayaan sumber energi untuk menggapai tujuan bisa dikatakan sama saja dengan fungsi- fungsi administrasi itu sendiri. 

Dari uraian tersebut, hingga manajemen pembelajaran dapat dimaksud selaku suatu proses manajerial yang berkaitan dengan masalah pembelajaran serta aspek pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, kurikulum, tenaga kependidikan, pendidik, partisipan didik, serta fasilitas/ prasarana. 

Secara konsepsional, manajemen kerap dimaksud selaku ilmu, kiat, serta profesi. 

Dikatakan selaku ilmu oleh Luther Gulick yang dilansir Nanang Fattah (2004:1) sebab manajemen ditatap selaku sesuatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berupaya menguasai kenapa dan gimana orang bekerja sama. 

Stephen P. Robbins serta Mary Coulter (1999:8) mengemukakan kalau dalam perihal konsepsi manajemen sebagai sesuatu proses keahlian manajemen ialah sesuatu keterampilan yang bukan cuma bertabiat teoritis namun sekalian yang tidak kalah pentingnya merupakan manajemen pula wajib bertabiat instan sebab seseorang kepala sekolah/ manajer wajib mengalami sesuatu suasana yang nyata di tempat dia bekerja. 

Selaku bahan referensi dari apa yang dikemukakan di atas, dapat dilihat dari hasil riset Katz terhadap para manajer sepanjang dini tahun 1970-an sebagaimana yang pula dilansir oleh Stephen P. Robbins serta Mary Coulter (1999:15-16), para manajer (tercantum kepala sekolah pastinya) memerlukan 3 (tiga) keahlian hakiki: 

  1. Keahlian Teknis, kemampuan ini mencakup kemampuan dalam bidang spesial tertentu, misalnya bidang pembelajaran serta manajemen bagi kepala sekolah. 

  2. Keahlian Manusiawi, keahlian ini ialah kemampuan buat bekerja sama dengan baik dengan orang lain baik secara perorangan ataupun dalam suatu kelompok. Keahlian ini sangat penting sebab kepala sekolah/ manajer langsung berurusan dengan orangorang. 

  3. Keahlian Konseptual, ialah keahlian berpikir serta menggagas keadaan- keadaan abstrak. 

Gaffar dalam Mulyasa (2002:19-20) mengemukakan kalau manajemen pembelajaran merupakan proses kerja sama yang sistematik serta komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi jangka pendek, menengah, ataupun panjang. 

Dari konsep serta makna manajemen di atas, hingga manajemen pembelajaran bisa dimaksud sebagai suatu proses manajerial yang berkaitan dengan permasalahan pendidikan serta aspek pembelajaran yang meliputi pendidik, partisipan didik, perlengkapan, fasilitas/ prasarana, serta tujuan pembelajaran. 

Dengan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, nampak kalau salah satu guna berarti dari manajemen pembelajaran merupakan berkaitan dengan proses pendidikan, perihal ini mencakup dari mulai aspek persiapan hingga dengan penilaian buat memandang mutu dari sesuatu proses tersebut, dalam ikatan ini Sekolah selaku sesuatu lembaga pembelajaran yang melaksanakan aktivitas/ proses pendidikan jelas butuh mengelola kegiatan tersebut dengan baik sebab proses belajar mengajar ini merupakan aktivitas utama dari sesuatu sekolah (Hoy serta Miskel 2001). 

Dengan demikian terlihat kalau guru selaku tenaga pendidik ialah aspek penting dalam manajemen pembelajaran, karena inti dari proses pembelajaran di sekolah pada dasarnya merupakan guru, sebab keterlibatannya yang langsung pada aktivitas pendidikan di kelas. 

Oleh sebab itu Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidik dalam sesuatu lembaga pembelajaran hendak menentukan gimana kontribusinya untuk pencapaian tujuan, serta kinerja guru merupakan suatu yang wajib menemukan atensi dari pihak manajemen pendidikan di sekolah supaya bisa terus tumbuh serta bertambah kompetensinya serta dengan kenaikan tersebut kinerja merekapun hendak bertambah, sehingga hendak membagikan mempengaruhi pada kenaikan kualitas pembelajaran sejalan dengan tuntutan pertumbuhan global dewasa saat ini 

Fungsi-fungsi Administrasi Pendidikan

George R. Terry dalam bukunya “Principle of Management” merumuskan fungsi-fungsi administrasi/ manajemen selaku Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organising), Aksi (Actuating), serta Pengawasan (Controlling) yang disingkat jadi POAC. 

Sebaliknya Robbins serta Coulter mengklasifikasikannya atas 4 guna/ fungsi, ialah: Planning, Organizing, Leading, serta Controling yang disingkat jadi POCL. 

Sedangkan Luther Gullick dalam bukunya “Papers on the Science of Administration” merumuskan fungsi-fungsi administrasi selaku Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organising), Penataan Staf (Staffing), Pengarahan (Directing), Pengkoordinasian (Coordinating), Pelaporan (Reporting), serta Penganggaran (Budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB. 

Komentar yang sedikit berbeda dikemukakan oleh H. Koontz & O. Donnell, yang mengelompokkan fungsi-fungsi administrasi dalam 5 proses, ialah: Planning, Organizing, Staffing, Directing, serta Controling yang disingkat jadi PODICO. 

Dari klasifikasi fungsi- fungsi manajemen di atas, nampak bahwa di antara para pakar terdapat kesamaan pemikiran tentang guna administrasi. Segala pakar sependapat kalau guna awal dari administrasi adalah perencanaan, setelah itu ditindak lanjuti dngan pengorganisasian. 

Gullick meningkatkan satu guna yang tidak disinggung pakar lain, yang mana fungsi- fungsi yang lain hendak bisa berjalan dengan baik bila diiringi dengan usaha pembiayaan dalam wujud rencana anggaran serta pengawasannya. 

Arti administrasi dengan fungsi- fungsinya ialah sebuah proses pengaturan serta pemberdayaan sumber energi buat menggapai tujuan. 

Pelaksanaan fungsi-fungsi administrasi di bidang pembelajaran/ pendidikan tersebut disini dapat dirangkum dari sebagian komentar para pakar di atas yang meliputi Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organising), Aksi/ Penerapan Tugas (Actuating), Pengawasan (Controlling), Pengarahan (Directing), Pengkoordinasian (Coordinating), Pelaporan (Reporting), serta Penganggaran (Budgeting) yang bisa dipaparkan lebih lanjut yaitu sebagai berikut: 

1. Fungsi Perencanaan (Planning

Perencanaan merupakan bawah untuk aksi administrasi yang sukses. Rencana merupakan proses yang diiringi oleh seseorang pemimpin/ manajer dalam memikirkan secara tuntas lebih dulu apa yang hendak dicapainya serta gimana ia mencapainya. 

Bagi Castetter (1996:38) perencanaan ialah metode manusia memprojeksikan hasrat terhadap apa yang mau dicapai. Sebab perencanaan berkaitan dengan konsep masa depan, masalah- masalah yang memerlukan imajinasi serta opsi, pemikiran disengaja dengan memandang masa dulu sekali, serta dicapai lewat rancangan, perencanaan mewakili suatu upaya yang sangat menarik serta menantang yang ialah antitesis dari kondisi yang sudah dikira layak pada masa saat ini, style kepemimpinan laissez-faire, serta kinerja yang tak terencana. 

Berkaitan dengan perencanaan serta strategi yang diseleksi untuk menggapai tujuan organisasi, hingga berarti buat dicermati bahwa seluruh orang bertanggung jawab atas perencanaan strategis pada tingkat yang berbeda-beda buat berpartisipasi serta menguasai strategi pada tingkatan organisasi yang lain buat menolong membenarkan koordinasi, fasilitasi, serta komitmen dan menjauhi ketidakkonsistenan, ketidakefisienan, serta salah komunikasi. 

Dengan kata lain kalau perencanaan ialah aksi memilih serta menetapkan seluruh program serta sumber energi yang dipunyai oleh sesuatu organisasi buat menggapai tujuannya di masa depan secara maksimal. 

Dalam perencanaan meliputi sebagian tahapan-tahapan, yaitu sebagai berikut: 

  • Formulasi tujuan, yang mana perencanaan wajib merumuskan tujuan yang mau di capai. 

  • Formulasi kebijaksanaan, ialah formulasi metode serta koordinasi kegiatannya buat menggapai tujuan secara terencana serta terkendali. 

  • Formulasi prosedur, ialah memastikan peraturan ataupun batasanbatasan dalam menggunakan sumber energi yang dipunyai. 

  • Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang akan dicapai pada rentang waktu tertentu. 

  • Perencanaan bertabiat keseluruhan dengan mengaitkan segala komponen internal organisasi serta area eksternalnya. 

2. Fungsi Pengorganisasian (Organising)

Kelestarian sesuatu organisasi hendak lebih terjamin apabila kerjasama yang ada di dalam penerapan guna pengorganisasian (organising) pada organisasi tersebut berjalan secara efisien serta efektif. 

Pengalaman bermacam organisasi menampilkan kalau terus menjadi lama sesuatu organisasi sanggup bertahan, hingga umumnya tingkatan daya guna serta efisiensi kerelaan para anggotanya buat membagikan sumbangsih tiap-tiap kepada usaha bersama yang dicoba pula terus menjadi bertambah. 

Perihal tersebut hendak menguatkan penerapan guna pengorganisasian pada organisasi tersebut sebab didukung oleh semangat kerja serta kepercayaan yang terus menjadi mantap dalam diri mereka kalau mereka sanggup mencapai tujuan bersama yang diharapkan. 

Pengorganisasian bagi Gibson, et. al. (1982) sebagaimana yang dilansir Sagala (2005:50) meliputi seluruh aktivitas manajerial yang dilakukan buat mewujudkan aktivitas yang direncanakan jadi sesuatu struktur tugas, wewenang, serta memastikan siapa yang hendak melaksanakan tugas tertentu buat menggapai tujuan yang di idamkan sesuatu organisasi. 

Dalam pengorganisasian bukan cuma mengidentifikasikan jabatan dan memastikan ikatan antar komponen organisasi tersebut, namun yang sangat berarti merupakan memikirkan orang-orangnya dengan mencermati kebutuhannya supaya berperan dengan baik. 

Di samping itu, pengoganisasian bisa dimaksud selaku kegiatan pembagi tugas- tugas pada orang yang ikut serta dalam kerja sama untuk menggapai tujuan bersama. Pengorganisasian berhubungan dengan proses memilah orang-orang dan penyediaan sarana penunjangnya baik yang berbentuk fasilitas ataupun prasarana dan mengendalikan mekanisme kerjanya dalam rangka pencapaian tujuan. 

Organisasi dalam makna statis ialah organisasi selaku wadah manajemen, sehingga membagikan wujud untuk manajemen yang memungkinkannya bisa bergerak. Wujud manajemen bergantung dari organisasi yang jadi wadahnya. 

Pada bagian ini, ulasan menimpa organisasi difokuskan pada penafsiran organisasi selaku guna pengorganisasian (organising) yang bertabiat dinamis. Organisasi dalam makna dinamis berarti dalam pelaksanaan guna peng-organisasian dicoba pembagian pekerjaan, pengaturan, serta penempatan orang- orang yang hendak melaksanakan tugas-tugas yang sudah diresmikan, pengaturan alat- alat, fasilitas, prasarana, serta sebagainya. 

Di samping berkaitan dengan hal- hal tersebut, pengorganisasian juga meliputi pengaturan ruangan pimpinan misalnya. 

Di mana pengaturan ruangan pimpinan pula wajib memikirkan guna pimpinan sebagai yang bertugas serta bertanggung jawab mengetuai sesuatu organisasi atau sekolah, sehingga ruang pimpinan wajib ditempatkan di bagian yang strategis sebab kerap menerima tamu-tamu. 

Demikian pula mengenai penempatan beberapa barang wajib pada tempat yang ditatap nyaman. 

Organisasi memusatkan para manajer buat mengalokasikan personil, perlengkapan serta sumber yang diperlukan buat menuntaskan misi organisasi serta menggapai tujuannya yang sudah diidentifikasi dalam perencanaan. 

Davis (1951) mendefinisikan organisasi selaku kelompok individu yang bekerja sama di dasar seseorang pimpinan buat menggapai suatu tujuan tertentu. Daft (1983) dalam Lubis (2008:270) mengemukakan kalau struktur organisasi ialah wujud organisasi yang dirancang dengan mencermati akibat dari pengaruh totalitas faktor-faktor tersebut secara bertepatan (simultan). 

Castetter (1996:14) mengatakan kalau organisasi resmi merupakan salah satu kekuatan dalam infrastruktur sistem yang mempengaruhi rancangan serta pembedahan guna bermacam sumber energi organisasi yang diperoleh dari misi sistem yang pada gilirannya hendak memastikan wujud sistem pembelajaran yang cocok dengan tuntutan serta kebutuhan masyarakatnya. 

Unsur-unsur kunci suatu lembaga pembelajaran meliputi tujuan sistem, kepemimpinan, struktur, insentif, serta budaya. 

Bagi Child (1977) yang dilansir oleh Lubis (2008:271), terdapat 4 (empat) komponen pokok yang berfungsi selaku kerangka dari definisi struktur organisasi, ialah: 

  1. Struktur organisasi membagikan cerminan menimpa pembagian tugas-tugas dan tanggung jawab kepada orang ataupun bagianbagian pada sesuatu organisasi. 

  2. Struktur organisasi membagikan cerminan menimpa hubungan pelaporan yang diresmikan secara formal dalam sesuatu organisasi. Tercakup dalam ikatan pelaporan yang formal ini banyaknya tingkatan hirarki dan besarnya rentang kendali dari seluruh pimpinan di seluruh tingkatan dalam organisasi. 

  3. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan orang menjadi bagian organisasi, serta pengelompokan bagian-bagian organisasi jadi sesuatu organisasi yang utuh. 

  4. Struktur organisasi pula menetapkan sistem ikatan dalam organisasi, yang membolehkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan pengintegrasian segenap aktivitas organisasi baik kearah vertikal ataupun horisontal. 

Adapun ciri karakteristik organisasional bagi James D. Thompson yang dilansir oleh Lubis (2008:342) yaitu sebagai berikut: 

Struktur serta aliran aktivitas dalam organisasi hendak dipengaruhi oleh saling- ketergantungan antara tugas. 

Sebab itu, watak ini bisa dimanfaatkan buat merancang wujud ataupun struktur internal organisasi, disesuaikan dengan corak aliran aktivitas serta saling ketergantungan tugas yang terjalin dalam aliran aktivitas tersebut. 

Saling ketergantungan yang rendah berarti kalau sesuatu bagian bisa menuntaskan tugasnya tanpa bergantung pada bagian lain, serta cuma membutuhkan interaksi, konsultasi, maupun material dalam jumlah yang sangat kecil, dari bagian yang lain. 

Thompson berkomentar, yang dilansir oleh Lubis (2008:343), kalau ada 3 (tiga) jenis saling ketergantungan, yaitu sebagai berikut:

  • Saling ketergantungan Mengumpul (Pooled Interdependence), 

  • Saling ketergantungan Berurutan (Sequential Interdependence) serta 

  • Saling ketergantungan Bolak- balik (Reciprocal Interdependence), 

Pada tiap-tiapnya mempunyai tingkat saling ketergantungan yang berbeda. Ketiga jenis saling ketergantungan ini mempunyai tuntutan koordinasi serta pengambilan keputusan yang silih berbeda besarnya, sehingga butuh dilayani dengan menggunakan perlengkapan ataupun tipe koordinasi yang berbeda. 

Ven (1976:322-338) mengemukakan bahwa terdapat saling berhubungan antara jenis saling ketergantungan dengan metode koordinasi yang digunakan. 

Saling ketergantungan yang rendah biasanya dikoordinasikan dengan peraturan ataupun rencana, sebaliknya saling ketergantungan yang besar memakai pertemuan tatap muka maupun bermacam wujud penyesuaian bersama yang lain. 

3. Fungsi Penggerakkan (Actuating

Pemimpin/ manajer cocok dengan kemampuannya menggerakkan baik tenaga pendidik, kependidikan, ataupun penunjang dalam organisasi yang menanggulangi pembelajaran. 

Para Manajer lewat perintah yang mereka bagikan memusatkan kegiatan anggota organisasi dari bermacam bagian yang berbeda buat menggapai tujuan organisasi. 

Pembagian pekerjaan/ tugas sesuai dengan bidang-bidang yang terdapat mengarahkan pengembangan keahlian kerja spesial dari para anggota organisasi sehingga mereka bisa memusatkan fikiran pada tugas- tugas tertentu yang betujuan buat tingkatkan produktivitas serta efisiensi. 

Disiplin memusatkan seluruh anggota organisasi buat mematuhi prosedur operasional baku, kaidah yang berlaku dalam organisasi, serta penjatuhan sanksi selaku konsekuensi untuk anggota organisasi yang tidak bisa melaksanakan tugas cocok standar yang sudah diresmikan organisasi. 

Tiap anggota organisasi menerima arahan cuma dari satu atasan serta bertanggung jawab kepadanya selaku bentuk dari kesatuan perintah. 

Prinsip ini berperan buat kejelasan dalam penelusuran terhadap peran seorang serta siapa yang bertanggung jawab terhadap apa serta siapa yang berwenang terhadap siapa dalam segenap aktivitas organisasi. 

Tiap anggota organisasi wajib membuat laporan penerapan tugas kepada atasan langsung mereka serta mengawasi bawahannya. 

Perihal ini hendak membentuk rantai komando bagi hirarki organisasi antara atasan serta bawahan di selama jalan interaksi vertikal yang dilengkapi dengan jalan komunikasi yang sanggup menciptakan ikatan timbal balik yang silih mendukung serta rumit di antara anggota organisasi yang terletak dalam posisi rantai komando yang setingkat dalam interaksi horizontalnya. 

Hal ini akan terjalin pengkoordinasian serta sinkronisasi dari berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh bermacam bidang ataupun bagian yang berbeda dalam organisasi buat menggapai tujuannya. 

Prinsip pengkoordinasian serta sinkronisasi tersebut menanggulangi permasalahan komunikasi horisontal di antara anggota organisasi dengan tingkatan hirarki yang sama yang mana pengaruhnya sepintas hendak nampak semacam memutus rantai skalar (rantai komando vertikal). 

Prinsip ini setelah itu lebih diketahui dengan “jembatan Fayol” cocok dengan nama pakar yang memperkenalkan mekanisme dasar tetapi pula terkategori vital tersebut. 

Kesatuan arah melaporkan kalau anggota organisasi wajib satu benak, bekerja sama buat menuntaskan tujuan organisasi. Individu untuk organisasi selaku kelompok yang lebih besar ditunjukan buat bertindak cocok kepentingan organisasi. 

Tetapi jangan dibiarkan kalau tujuan organisasi bisa dicapai dengan baik kala kebanyakan anggotanya merasa kalau organisasi ini pula membagikan khasiat untuk tujuan pribadi mereka, maksudnya antara orang dengan organisasi silih membutuhkan serta berikan, bukan bersumber pada prinsip ekploitasi. 

Kenyataan pe1aksanan pembelajaran di lapangan hendak banyak ditentukan oleh petugas yang terletak di barisan sangat depan, ialah guru, kepala sekolah serta tenaga- tenaga kependidikan yang lain. 

Pengembangan wawasan bisa dicoba lewat forum pertemuan sahabat sejawat, pelatihan maupun upaya pengembangan serta belajar secara individual. 

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Pengawasan menuntut kepada para manajer buat menggunakan kewenangan mereka dalam rangka menjamin kalau aksi pekerja cocok dengan tujuan serta ketentuan organisasi. 

Otoritas tersebut memberdayakan para manajer buat memakai kekuasaan serta kontrol terhadap bawahan guna memusatkan kegiatan mereka demi kemajuan organisasi. 

Posisi bawahan dituntut buat tetap bisa melakukan tugas serta gunanya dengan sukses oleh atasannya cocok kewenangan atasan yang terdapat dalam organisasi. 

Proses pengawasan mencatat seluruh peristiwa yang berkembang dalam organisasi buat membenarkan kalau organisasi berjalan sesuai dengan arah yang benar supaya bisa hingga pada tujuannya serta memungkinkan manajer mengetahui terbentuknya penyimpangan-penyimpangan dari perencanaan yang sudah terbuat serta mengambil aksi korektif pada waktu yang pas. 

Melalui pengawasan yang efisien, roda organisasi, implementasi rencana, kebijakan, serta upaya pengendalian kualitas bisa dilaksanakan dengan lebih baik. 

Oteng Sutisna (1983:203) menegaskan kalau aksi pengawasan terdiri dari 3 (tiga) langkah umum, ialah:

  • Mengukur kinerja personil.

  • Menyamakan kinerja personil dengan standar yang ditetapkan.

  • Membetulkan penyimpangan yang ditemui dengan tindakan korektif.

Pengawasan manajemen sekolah merupakan usaha sistematis menetapkan standar kinerja (performance standard) dengan perencanaan sasarannya yang dengan sendirinya pengawasan tersebut hendak membangun sistem data umpan balik. 

Menyamakan prestasi kerja dengan standar yang sudah diresmikan lebih dulu sangat dibutuhkan buat menentukan apakah terdapat penyimpangan (deviation) serta mencatat besar kecilnya penyimpangan, setelah itu mengambil aksi yang dibutuhkan untuk membenarkan kalau seluruh sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif serta efektif. 

Di bidang pembelajaran, pengawas ialah orang ataupun personil pembelajaran yang bertugas buat menguji, mengecek, memverifikasi, serta mengecek ulang seluruh kegiatan kependidikan dengan seluruh sarana penunjangnya. 

Secara terintegrasi pengawas akademik bisa bertindak selaku supervisor yang wajib membina personil pembelajaran lain di sekolah yang berhubungan dengan aspek akademik, antara lain guru, kepala sekolah, pustakawan sekolah, serta teknisi sumber belajar/ media pembelajaran di sekolah. 

5. Fungsi Penataan Pegawai (Staffing

Seperti halnya fungsi-fungsi administrasi yang lain, staffing pula merupakan guna yang tidak kalah berartinya. Namun agak berbeda dengan fungsi yang lain, penekanan dari guna ini lebih difokuskan pada sumber daya yang hendak melaksanakan kegiatan- kegiatan yang sudah direncanakan dan diorganisasikan secara jelas pada guna perencanaan serta pengorganisasian. 

Kegiatan yang dicoba dalam guna ini, antara lain memastikan, memilah, mengangkut, membina, membimbing sumber energi manusia dengan memakai bermacam pendekatan serta ataupun seni pembinaan sumber energi manusia. 

6. Fungsi Pengarahan (Directing

Pengarahan merupakan uraian, petunjuk, tutorial dan pertimbangan terhadap para personil pembelajaran yang ikut serta, baik yang terletak dalam jabatan struktural maupun fungsional supaya penerapan tugas di bidangnya tiap-tiap bisa berjalan dengan mudah serta tidak menyimpang dari garis program yang sudah diresmikan. 

Pejabat struktural di lingkungan Kemendikbudristek, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota, serta pejabat fungsional semacam pengawas dan kepala sekolah/ madrasah cocok dengan kemampuannya mengarahkan baik tenaga kependidikan ataupun tenaga penunjang di lingkungan kerjanya tiap-tiap. 

Dalam penerapannya pengarahan ini bisa dilaksanakan bersamaan dengan pengawasan. Di mari manajer mempunyai banyak peluang untuk berikan petunjuk ataupun tutorial gimana sepatutnya pekerjaan dituntaskan. Bila pengarahan yang di informasikan manajer cocok dengan keinginan serta keahlian dari staf, hingga staf juga hendak termotivasi buat memberdayakan potensinya dalam melakukan pekerjaannya. 

7. Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating

Pengkoordinasian merupakan segenap aktivitas yang diperuntukan untuk meng- hubungkan bermacam bagian-bagian pekerjaan dalam sesuatu organisasi. 

Perihal koordinasi ada perbandingan pemikiran di antara para pakar. Di satu pihak terdapat yang memandangnya selaku guna administrasi. Sedangkan pihak yang lain menganggapnya selaku tujuan administrasi. 

Dalam pemikiran yang kedua, keberhasilan koordinasi sepenuhnya bergantung pada keberhasilan ataupun daya guna dari fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan. 

Pengkoordinasian ialah sesuatu kegiatan manajer buat membawa orang-orang yang ikut serta organisasi ke dalam atmosfer kerjasama yang harmonis. 

Dengan terdapatnya pengkoordinasian bisa dihindari kemungkinan terbentuknya kesalahan komunikasi, persaingan yang tidak sehat, serta kesimpangsiuran data yang bisa membingungkan para pegawai yang ikut serta dalam upaya buat menggapai tujuan organisasi dalam mengambil aksi yang semestinya dicoba cocok prosedur yang berlaku. 

Di samping itu, dengan koordinasi bisa menyelaraskan seluruh kebutuhan terhadap sumber energi yang ada dalam rangka kerja sama menuju ke satu arah yang sudah didetetapkan. 

Koordinasi dibutuhkan buat menanggulangi mungkin terjadinya tumpang tindih dalam tugas, perebutan hak serta wewenang, ataupun saling merasa lebih berarti di antara bagian yang satu dengan bagian lain yang terdapat dalam organisasi. 

Pengkoordinasian dalam sesuatu organisasi, termasuk dalam organisasi pembelajaran/ pendidikan, bisa dicoba lewat bermacam cara di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Melakukan uraian pendek (briefing).

  • Mengadapan rapat kerja serta koordinasi.

  • Membagikan umpan balik terhadap hasil dari sesuatu aktivitas.

8. Fungsi Pelaporan (Reporting

Seluruh aktivitas organisasi pembelajaran mulai dari perencanaan hingga pengawasan, apalagi pemberian umpan balik tidak mempunyai makna bila tidak dicatat secara baik. Setelah itu seluruh proses serta ataupun aktivitas yang direncanakan serta dilaksanakan dalam organisasi resmi, semacam lembaga pembelajaran, umumnya senantiasa dipertanggungjawabkan. 

Pertanggungjawaban ini tidak bisa dicoba bila tidak didukung dengan data-data tentang apa yang sudah, lagi, serta hendak dicoba dalam organisasi tersebut, data- data tersebut bisa diperoleh apabila dicoba pencatatan/ pendokumentasian (recording) yang baik. 

Fungsi pelaporan umumnya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan. Hasil catatan tersebut hendak digunakan manajer buat membuat laporan tentang apa yang sudah, lagi, serta hendak dicoba dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. 

Fungsi Pelaporan (Reporting) yang umumnya disertai oleh guna Pencatatan (Recording) ini, hendak sukses bila tata kearsipan bisa dikelola secara efisien serta efesien. 

Dengan pelaporan dimaksudkan selaku guna yang berkaitan dengan pemberian data kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapat menjajaki pertumbuhan serta kemajuan kerja. Jalan pelaporan dapat bersifat vertikal, namun bisa pula bersifat horizontal. 

Berartinya pelaporan nampak dalam kaitannya dengan konsep sistem data manajemen, yang ialah perihal berarti dalam pembuatan keputusan oleh manajer. Manajer bisa menyelenggarakan rapat bulanan yang dihadiri semua staf buat memberi tahu gimana organisasi bekerja, hasil yang telah dicapai, pemberian pengumuman, serta seterusnya. 

9. Fungsi Pendanaan/ Anggaran (Budgeting)

Penerapan tiap aktivitas dalam program-program yang telah terbuat dalam sesuatu organisasi dibutuhkan pendanaan. Oleh sebab itu, pada fungsi ini, organisasi telah wajib menetapkan dari mana sumber keuangannya, hendak dipergunakan buat aktivitas apa saja, bagaimana pengalokasian serta perhitungannya. 

Penghitungan terhadap berbagai bayaran yang dikeluarkan buat melaksanakan roda organisasi ini dilakukan supaya seluruh pengeluaran tersebut bisa dipertanggungjawabkan oleh para pengelola organisasi tersebut.

Demikian pembahasan atau uraian mengenai Administrasi Pendidikan [dalam kajian pustaka] yang terdiri 2 (dua) artikel terpisah.

Semoga bermanfaat.

Terima Kasih.

Daftar Pustaka

Castetter, W. B. (1996). 6th ed. The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Davis, Ralph. (1951). The Fundamentals of Top Management. New York, Harper & Brothers Publishers.

Fattah, Nanang (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Lubis, S. B. H. (2008). Pengantar Teori Organisasi. Bandung: PPS Uninus Bandung.

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasinya. Bandung: Rosda Karya.

Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. (1999). Manajemen. Jakarta: PT. Prehallindo.

Sagala, Syaiful. (2005). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV. Alfabeta.

Salam Literasi!

Post a Comment for "KONSEP DAN FUNGSI-FUNGSI ADMINISTRASI PENDIDIKAN"